Rabu, 03 Januari 2018

Identifikasi Morfem



Identifikasi Morfem

a.      Morfem
Pembahasan tentang bentukan linguistik di kemukakan tentang unsur-unsur terkecil dari kalimat. Misalnya, pada hari ini anak-anak sekolah tidak mengenakan pakaian seragam. Unsur terkecil dari kalimat tersebut adalah pada, hari, ini, anak, reduplikasi (R), sekolah, tidak, kena, meN-, -kan, pakai –an, ragam, dan se. Unsur tersebut merupakan bentukan linguistik terkecil karena tidak terdiri atas unsur-unsur yang lebih kecil lagi. Bentukan terkecil itulah yang disebut morfem. Jadi moerfem adalah bentukan linguistik yang paling kecil, yan tidak terdiri atas bentukan-bentukan yang lebih kecil yang mengandung arti. Bloomfield (1933).
Berdasarkan kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa moerfem itu bisa berupa kata pokok, pokok kata, preposisi, kata gantu tunjuk, reduplikasi, kata keterangan dan bisa juga berupa afiks.
b.      Morf dan Alomorf
Morf adalah wujud konkret dari sebuah morfem. Morf juga bisa di artikam sebagai struktur atau susunan fonem atau morfem. (Iyo Mulyono, 2013:7) Contohnya: wujud –i dalam kata warnai, itu adalah morf. Afiks i merupakan morfem. Jadi, bentukan warnai terdiri atas dua morf atau duan buah (wujud) morefem yakni, morf warna dan morf –i.  Morfem meiliki lebih dari satu morf. Artinya, morefem-morfem yang di maksud terdiri atas lebih dari satu alomorf. Morfem meN- yang secara populer disebut dengan imbuhan me- yang memiliki enam struktur fonologis (susunan Fonem) yakni,

 
            Bentuk-bentuk di atas merupakan morf-morf dari morfem meN-. Morf-morf tersebut tidak bisa saling menggantikan atau bertukar posisi. Dengan begitu, morf-morf memiliki fungsi yang komplementer. Morf-morf yang komplementer itulah yang disebut alomofr dari sebuah morfem. Jadi morfem meN- memiliki enam buah alomorf. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan batasan morf dan alomorf sebagai berikut:
1.      Morf adalah fonem atau susunan fonem yang berpadu dengan makna. Morf merupakan wujud dari sebuah morfem. Jadi semua morfem dan semua alomorf dari sebuah morfem merupakan morf. (Iyo Mulyono, 2013:8)
2.      Alomorf adalah anggota morfem yang telah di tentutukan posisinya melalui anggota morfem yang memiliki fungsi yang komplementer. Alomorf juga bisa disebut morfem alternatif atau semua bentuk yang merupakan variasi dari sebuah morfem. (Iyo Mulyono, 2013:8)
c.       Kata
Dalam Kamus Besar Bahasa Indinesia (KBBI) Kata ialah satuan bahasa yang dapat berdiri sendri, terjadi dari morfem tunggal dan dianggap satuan terkecil yang dapat di ujarkan sebagai bentuk yang bebas. Sebuah kata sendiri dapat dibentuk melalui penggabungan dua atau lebih morfem. Morfem yang membentuk kata dapat berupa morfem terikat, morfem bebas, atau kata, baik kata majemuk maupun kata berimbuhan. Proses pembentukan kata disebut proses morfologis.
Kata merupakan bentukan terkecil misalnya, kita, datang, baik, pura-pura, itu disebut morfem dan bentukan-bentukan itu memiliki sifat bebas. (Iyo Mulyono, 2013:6) Artinya, bentukan itu bisa hadir secara mandiri dalam tuturan biasa. Bentukan bebas seperti itu termasuk kata yang terdiri atas satu morfem. Begitupun juga dengan bentukan kata seperti, pelajaran, memberitahukan, pemberitahuan, bentuk-bentuk itu terdiri atas lebih dari satu morfem dan memiliki sifat bebas. Maka, bentukan-bentukan tersebutpun termasuk kedalam kata. Jadi, kata adalah bentukan morfologis, baik yang terdiri atas satu morfem atau lebih yang memiliki sifat bebas.
d.      Jenis Morfem
Menurut Iyo Mulyono (2013:9) Bentukan-bentukan linguistik berupa morfem berupa morfem yang jumlahnya sangat banyak itu dapat dipilih atau di klasifikasian menjadi jeni-jenis morfem berikut.
a.       Morfem bebas. Adalah morfem yang dalam tuturan sehari-hari dapat berdiri sendri. Morfem jenis ini bisa mendukung fungsi sintaksisbsecara mandiri, mungkin sebgai subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Kehadiran morfem ini tidak terikat kepada morfem lain. Contoh : ayah, bagus, mungkin, sakit, kami,
(1)   Ayah ada di rumah
(2)   Rumah itu bagus
(3)   Mungkin aryanti sakit
b.      Morfem terikat morfologis. Adalah morfem yang kehadirannya dalam tuturan biasa selalu melekatkan diri terhadap morfem lain untuk membentuk sebuah kata. Morfem jenis ini terdiri atas empat kelompok, yakni morfem imbuhan, morfem terikat terbagi, morfem terikat bentuk dasr, dan morfem unik.
(1)   Morfem imbuhan. Adalah morfem yang dalam kehadirannya selalu membubuhkan diri terhadap morfem dasar. Morfem ini lazim disebut imbuhan atau afiks, baik awalan atau prefiks, sisipan atau infiks, akhiran atau sufiks. Contoh : ber-, ter-, se-,non-, antar-, -em-, -el-, -n, -kan, dan –i.
(2)   Morfem terikat terbagi. Adalah morfem yang kehadirannya diikuti oleh morfem lain. Morfem ini sebenarnya morfem terikat imbuhan, tapi karena perilakunya yang khas maka morfem terikat morfologis jenis ini diberi tempat sendiri.
Contoh: ber-an seperti berhubungan dan berdampingan
              Se-nya seperti sebaiknya, setinggi-tinginya.
(3)   Morfem terikat bentuk dasar. Adalah morfem yang kehadirannya untuk membangun sebuah kata, selalu mengikatkan diri terhadap morfem lain. Morfem ini tergolong bentuk dasar atau pokok kata. Contoh: juang, temu, nyayi seperti dalam bentuk kata berjuang, bertemu, bernyayi.
(4)   Morfem unik. Adalah  terikat yang dalam kehadirannya selalu melekatkan diri terhadap pasangannya yang tetap. Contoh: belia, bangka, renta seperti dalam bentuk kata majemuk dan kata ulang muda belia, tua bangka, tua renta. Dalam perkembangan bahasa kadang-kadang dalam percakapan masih belia, sudah renta. Artinya secra deskreptif, belia dan renta bisa saja dikatakan tidak sepenuhnya bersifat unik.
c.       Morfem terikat sintaksis. Adalah morfem yang dalam kehadiranya dalam tuturan biasa selalu mengikatkan diri terhadap morfem lain dalam ikatan frasa, klausa, kalimat. Jinis morfem ini ada tiga tiga kolompok yakni, konjungsi, adverbia, preposisi. Contoh: tetapi, dan, bahwa, sesudah, harus, di, ke, daripada, kepada.
d.      Morfem visual dan morfem auditif. (bolinger dalam Kridalaksana), adalah morfem yang lazimnya di eja huruf demi huruf, seperti SD, SMP,SMA, NKRI, BPKB. Morfem auditif yakni morfem yang lazimnya tidak dibunyikan seperti deretan fonemnya melainkan dibunyikan kepanjangannya atau bentuk pelengkap, seperti dsb, dll, dkk, et, al. Adapun wujud nyatanya yakni bentuk singkatannya disebut morfem visual.

e.       Morfem Dasar, bentuk dasar, pangkal, akar leksem
1.      Morfem Dasar
Istilah morfem dasar biasanya di katakan dikotonomi dengan morfem afiks. Jadi bentuk-bentuk seperti, juang, kucing, dan sikat adalah morfem dasar. Morfem dasar ada yang morfem terikat seperti, juang, henti, abi, tetap ada juga yang termasuk morfem bebas seperti, beli, lari, sedangkan morfem afiks seperti, ber-, ter-, -kan. Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar (base) dalam suatu proses morfologi. (abdul chaer, 2012:159) artinya bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, biasa diulang dalam suatu proses reduplikasi atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses kompisisi.
2.      Bentuk Dasar
bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi juga berupa gabungan morfem. (abdul chaer, 2012:159). Contoh: berbicara terdiri dari morfem ber- dan bicara, maka bicara adalah bentuk dasar.
3.      Pangkal
Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks inflektif  (abdul chaer, 2012:160). Contoh dari bnetuk inflektif pada books pangkalnya adalah book, kata menangisi bentuk pangkalnya adalah tangisi dan morfem me- adalah sebuah afiks inflektif
4.      Akar Leksem
Akar digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi (abdul chaer, 2012:160). Artinya akar adalah bentuk dasar setelah semua afiksnya. Misalnya, proses pembentukan kata untouchables itu bermula dari akar touch kemudian diletakkan sufiks able dan menjadi thouchable, lalu diletakkan prefiks un- menjadi unthouchable, dan akhiran –s segingga menjadi unthouchables.

f.       Morfem Afiks
1.      Afiksasi
Afiks adalah sebuah bentuk biasanya berupa morfem terikat, yang diibuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata (abdul chaer, 2012:177). Sesuai dengan bentuknya afiks dibedakan menjadi dua jenis afiks yakni, afiks Inflektif dan afiks Derivatif.
a.       Afiks Inflektif afiks yang digunakan dalam pembentukan kata-kata inflektif atau pradikma infleksional. Contoh: prefiks me- yang inflektif dan prefiks me- yang derifatif
b.      Afiks Derivatif afiks yang membentuk kata baru, yaikti kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bnetuk dasarnya. Misal, terdapat kata membengkak yang berkelas sebagai verba dari dasar adjektifa atau mematung yang berkelas sebagai dasar nomina.
Dilihat dari posisi melekatnaya pada bentuk asar biasanya dibedakan adanya prefik, infiks, sufiks, konfiks.
a.       prefiks adalah afiks yang di imbuhkan dari muka bentuk dasar. Seperti, me- pada menghibur. Prefiks dapat muncul bersama dengan sufiks atau afiks lain. Misalnya prefiks ber- ersama sufiks –kan pada kata memberikan. Prfiks ber- dengan sufiks –em- dan sufik –an pada kata bergemaetaran dan prefiks re- dengan sufiks –s pada kata rethinks, atau juga prefiks un- dengan sufiks able pada kata unthinkable.
b.      Infiks adalah afiks yang diimbuhkan ditengah kata dasar. Contoh : infiks –el- pada kata telunjuk dan –er- pada kata seruling.
c.       Sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar. Contoh: sufiks –an pada kata bagian dan sufiks –kan pada kata baikan. Seperti halnya dengan prefiks, sufiks dapat sufiks juga dapat muncul bersma dengan afiks-afiks lain.
d.      Konfiks adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yamg bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar, dan bagian kedua berposisi pada akhir bentuk dasar (abdul chaer, 2012:177). Morfem ini termasuk morfem terbagi maka kedua bagian dari afiks itu dianggap sebagia satu kesatuan, dan pengimbuhannya dilakukan sekaligus.
2.      Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (presial), maupun perubahan bunyi (abdul chaer, 2012:182). Oleh karena itu lazim dibedakan adalanya reduplikasi penuh seperti, meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti, lelaki (dari dasar laki),  , reduplikasi dengan perubahan bunyi seprti, bolak-balik (dari dasar balik).
3.      Komposisi
Komposisi adalah hasil dan prose penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebasmaupun terikat. Sehingga terbentuk kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau baru. Contoh: lalu-lintas, daya juang, rumah sakit (abdul chaer, 2012:185). Proses komposisi itu menimbulkan berbagai masalah dan berbagai pendapat karena komposisi itu memiliki jenis dan makna yang berbeda-beda.



Daftar Pustaka
Iyo Mulyono. (2013). Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi Teori dan Sejumput Probelmatika, Bandung: CV Yrama Widya.
Chaer, Abdul. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komposisi

KOMPOSISI Menurut Masnur (2010:57)  yang dimaksud dengan proses pemajemukan atau komposisi adalah peristiwa bergabungnya dua morfem da...