Identifikasi Morfem
a. Morfem
Pembahasan
tentang bentukan linguistik di kemukakan tentang unsur-unsur terkecil dari
kalimat. Misalnya, pada hari ini
anak-anak sekolah tidak mengenakan pakaian seragam. Unsur terkecil dari
kalimat tersebut adalah pada, hari, ini, anak, reduplikasi (R), sekolah, tidak,
kena, meN-, -kan, pakai –an, ragam, dan se. Unsur tersebut merupakan bentukan
linguistik terkecil karena tidak terdiri atas unsur-unsur yang lebih kecil lagi.
Bentukan terkecil itulah yang disebut morfem. Jadi moerfem adalah bentukan
linguistik yang paling kecil, yan tidak terdiri atas bentukan-bentukan yang
lebih kecil yang mengandung arti. Bloomfield (1933).
Berdasarkan
kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa moerfem itu bisa berupa kata pokok,
pokok kata, preposisi, kata gantu tunjuk, reduplikasi, kata keterangan dan bisa
juga berupa afiks.
b. Morf
dan Alomorf
Morf adalah
wujud konkret dari sebuah morfem. Morf juga bisa di artikam sebagai struktur
atau susunan fonem atau morfem. (Iyo Mulyono, 2013:7) Contohnya: wujud –i dalam
kata warnai, itu adalah morf. Afiks i merupakan morfem. Jadi, bentukan warnai
terdiri atas dua morf atau duan buah (wujud) morefem yakni, morf warna dan morf –i. Morfem meiliki lebih
dari satu morf. Artinya, morefem-morfem yang di maksud terdiri atas lebih dari
satu alomorf. Morfem meN- yang secara
populer disebut dengan imbuhan me-
yang memiliki enam struktur fonologis (susunan Fonem) yakni,
Bentuk-bentuk
di atas merupakan morf-morf dari morfem meN-. Morf-morf tersebut tidak bisa
saling menggantikan atau bertukar posisi. Dengan begitu, morf-morf memiliki
fungsi yang komplementer. Morf-morf yang komplementer itulah yang disebut
alomofr dari sebuah morfem. Jadi morfem meN- memiliki enam buah alomorf.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan batasan morf dan alomorf sebagai
berikut:
1.
Morf
adalah fonem atau susunan fonem yang berpadu dengan makna. Morf merupakan wujud
dari sebuah morfem. Jadi semua morfem dan semua alomorf dari sebuah morfem
merupakan morf. (Iyo Mulyono, 2013:8)
2.
Alomorf
adalah anggota morfem yang telah di tentutukan posisinya melalui anggota morfem
yang memiliki fungsi yang komplementer. Alomorf juga bisa disebut morfem
alternatif atau semua bentuk yang merupakan variasi dari sebuah morfem. (Iyo Mulyono,
2013:8)
c. Kata
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indinesia (KBBI) Kata ialah satuan bahasa yang dapat berdiri
sendri, terjadi dari morfem tunggal dan dianggap satuan terkecil yang dapat di
ujarkan sebagai bentuk yang bebas. Sebuah kata sendiri dapat dibentuk melalui
penggabungan dua atau lebih morfem. Morfem yang membentuk kata dapat berupa
morfem terikat, morfem bebas, atau kata, baik kata majemuk maupun kata
berimbuhan. Proses pembentukan kata disebut proses morfologis.
Kata merupakan
bentukan terkecil misalnya, kita, datang,
baik, pura-pura, itu disebut morfem dan bentukan-bentukan itu memiliki
sifat bebas. (Iyo Mulyono, 2013:6) Artinya, bentukan itu bisa hadir secara
mandiri dalam tuturan biasa. Bentukan bebas seperti itu termasuk kata yang
terdiri atas satu morfem. Begitupun juga dengan bentukan kata seperti, pelajaran, memberitahukan, pemberitahuan,
bentuk-bentuk itu terdiri atas lebih dari satu morfem dan memiliki sifat bebas.
Maka, bentukan-bentukan tersebutpun termasuk kedalam kata. Jadi, kata adalah
bentukan morfologis, baik yang terdiri atas satu morfem atau lebih yang
memiliki sifat bebas.
d. Jenis
Morfem
Menurut Iyo
Mulyono (2013:9) Bentukan-bentukan linguistik berupa morfem berupa morfem yang
jumlahnya sangat banyak itu dapat dipilih atau di klasifikasian menjadi
jeni-jenis morfem berikut.
a.
Morfem bebas. Adalah morfem yang dalam tuturan sehari-hari dapat berdiri sendri. Morfem
jenis ini bisa mendukung fungsi sintaksisbsecara mandiri, mungkin sebgai
subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Kehadiran morfem ini tidak
terikat kepada morfem lain. Contoh : ayah, bagus, mungkin, sakit, kami,
(1)
Ayah
ada di rumah
(2)
Rumah
itu bagus
(3)
Mungkin
aryanti sakit
b.
Morfem terikat morfologis. Adalah morfem yang kehadirannya dalam tuturan biasa
selalu melekatkan diri terhadap morfem lain untuk membentuk sebuah kata. Morfem
jenis ini terdiri atas empat kelompok, yakni morfem imbuhan, morfem terikat
terbagi, morfem terikat bentuk dasr, dan morfem unik.
(1)
Morfem imbuhan. Adalah morfem yang dalam kehadirannya selalu membubuhkan diri terhadap
morfem dasar. Morfem ini lazim disebut imbuhan atau afiks, baik awalan atau
prefiks, sisipan atau infiks, akhiran atau sufiks. Contoh : ber-, ter-, se-,non-, antar-, -em-, -el-,
-n, -kan, dan –i.
(2) Morfem
terikat terbagi. Adalah morfem
yang kehadirannya diikuti oleh morfem lain. Morfem ini sebenarnya morfem
terikat imbuhan, tapi karena perilakunya yang khas maka morfem terikat
morfologis jenis ini diberi tempat sendiri.
Contoh: ber-an
seperti berhubungan dan berdampingan
Se-nya
seperti sebaiknya, setinggi-tinginya.
(3) Morfem
terikat bentuk dasar.
Adalah morfem yang kehadirannya untuk membangun sebuah kata, selalu mengikatkan
diri terhadap morfem lain. Morfem ini tergolong bentuk dasar atau pokok kata.
Contoh: juang, temu, nyayi seperti
dalam bentuk kata berjuang, bertemu,
bernyayi.
(4) Morfem
unik. Adalah terikat yang dalam kehadirannya selalu
melekatkan diri terhadap pasangannya yang tetap. Contoh: belia, bangka, renta seperti dalam bentuk kata majemuk dan kata
ulang muda belia, tua bangka, tua renta.
Dalam perkembangan bahasa kadang-kadang dalam percakapan masih belia, sudah renta. Artinya secra deskreptif, belia dan renta bisa saja dikatakan tidak sepenuhnya bersifat unik.
c.
Morfem terikat sintaksis. Adalah morfem yang dalam kehadiranya dalam tuturan biasa
selalu mengikatkan diri terhadap morfem lain dalam ikatan frasa, klausa,
kalimat. Jinis morfem ini ada tiga tiga kolompok yakni, konjungsi, adverbia,
preposisi. Contoh: tetapi, dan, bahwa,
sesudah, harus, di, ke, daripada, kepada.
d.
Morfem visual dan morfem auditif. (bolinger dalam Kridalaksana), adalah morfem yang
lazimnya di eja huruf demi huruf, seperti SD, SMP,SMA, NKRI, BPKB. Morfem
auditif yakni morfem yang lazimnya tidak dibunyikan seperti deretan fonemnya
melainkan dibunyikan kepanjangannya atau bentuk pelengkap, seperti dsb, dll, dkk, et, al. Adapun wujud
nyatanya yakni bentuk singkatannya disebut morfem visual.
e. Morfem
Dasar, bentuk dasar, pangkal, akar leksem
1. Morfem
Dasar
Istilah morfem
dasar biasanya di katakan dikotonomi dengan morfem afiks. Jadi bentuk-bentuk
seperti, juang, kucing, dan sikat adalah morfem dasar. Morfem dasar ada yang
morfem terikat seperti, juang, henti, abi, tetap ada juga yang termasuk morfem
bebas seperti, beli, lari, sedangkan
morfem afiks seperti, ber-, ter-, -kan.
Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar (base) dalam suatu proses
morfologi. (abdul chaer, 2012:159) artinya bisa diberi afiks tertentu dalam
proses afiksasi, biasa diulang dalam suatu proses reduplikasi atau bisa
digabung dengan morfem lain dalam suatu proses kompisisi.
2. Bentuk
Dasar
bentuk dasar
ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi juga berupa gabungan morfem. (abdul
chaer, 2012:159). Contoh: berbicara
terdiri dari morfem ber- dan bicara,
maka bicara adalah bentuk dasar.
3. Pangkal
Istilah
pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi,
atau proses pembubuhan afiks inflektif (abdul
chaer, 2012:160). Contoh dari bnetuk inflektif pada books pangkalnya adalah book,
kata menangisi bentuk pangkalnya
adalah tangisi dan morfem me- adalah sebuah afiks inflektif
4. Akar
Leksem
Akar digunakan
untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi (abdul chaer,
2012:160). Artinya akar adalah bentuk dasar setelah semua afiksnya. Misalnya,
proses pembentukan kata untouchables
itu bermula dari akar touch kemudian
diletakkan sufiks able dan menjadi thouchable, lalu diletakkan prefiks un- menjadi unthouchable, dan akhiran –s
segingga menjadi unthouchables.
f. Morfem
Afiks
1. Afiksasi
Afiks adalah
sebuah bentuk biasanya berupa morfem terikat, yang diibuhkan pada sebuah dasar
dalam proses pembentukan kata (abdul chaer, 2012:177). Sesuai dengan bentuknya
afiks dibedakan menjadi dua jenis afiks yakni, afiks Inflektif dan afiks
Derivatif.
a.
Afiks
Inflektif afiks yang digunakan dalam pembentukan kata-kata inflektif atau
pradikma infleksional. Contoh: prefiks me-
yang inflektif dan prefiks me-
yang derifatif
b.
Afiks
Derivatif afiks yang membentuk kata baru, yaikti kata yang identitas
leksikalnya tidak sama dengan bnetuk dasarnya. Misal, terdapat kata membengkak yang berkelas sebagai verba
dari dasar adjektifa atau mematung
yang berkelas sebagai dasar nomina.
Dilihat dari posisi melekatnaya pada bentuk asar biasanya
dibedakan adanya prefik, infiks, sufiks, konfiks.
a.
prefiks
adalah afiks yang di imbuhkan dari muka bentuk dasar. Seperti, me- pada menghibur. Prefiks dapat
muncul bersama dengan sufiks atau afiks lain. Misalnya prefiks ber- ersama sufiks –kan pada kata memberikan.
Prfiks ber- dengan sufiks –em- dan
sufik –an pada kata bergemaetaran dan
prefiks re- dengan sufiks –s pada kata rethinks, atau juga prefiks un- dengan sufiks able
pada kata unthinkable.
b.
Infiks
adalah afiks yang diimbuhkan ditengah kata dasar. Contoh : infiks –el- pada kata telunjuk dan –er-
pada kata seruling.
c.
Sufiks
adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar. Contoh: sufiks –an pada kata bagian dan sufiks –kan
pada kata baikan. Seperti
halnya dengan prefiks, sufiks dapat sufiks juga dapat muncul bersma dengan
afiks-afiks lain.
d.
Konfiks
adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yamg bagian pertama berposisi pada
awal bentuk dasar, dan bagian kedua berposisi pada akhir bentuk dasar (abdul
chaer, 2012:177). Morfem ini termasuk morfem terbagi maka kedua bagian dari
afiks itu dianggap sebagia satu kesatuan, dan pengimbuhannya dilakukan
sekaligus.
2. Reduplikasi
Reduplikasi
adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan,
secara sebagian (presial), maupun perubahan bunyi (abdul chaer, 2012:182). Oleh
karena itu lazim dibedakan adalanya reduplikasi penuh seperti, meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi
sebagian seperti, lelaki (dari dasar
laki), , reduplikasi dengan perubahan bunyi
seprti, bolak-balik (dari dasar balik).
3. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan prose penggabungan morfem
dasar dengan morfem dasar, baik yang bebasmaupun terikat. Sehingga terbentuk
kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau baru. Contoh: lalu-lintas, daya juang, rumah sakit (abdul
chaer, 2012:185). Proses komposisi itu menimbulkan berbagai masalah dan
berbagai pendapat karena komposisi itu memiliki jenis dan makna yang
berbeda-beda.
Daftar Pustaka
Iyo Mulyono. (2013). Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi Teori dan
Sejumput Probelmatika, Bandung: CV Yrama Widya.
Chaer, Abdul. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar